"Ah, lagi-lagi aku malu, memohon dan mengemis untuk bisa sembuh
tapi yang namanya luka tak pernah bisa diterka kapanpun datangnya, iya kan?"
Saya pernah merindukan sesuatu sampai semalaman suntuk sambil terisak sendirian di kamar
Saya juga pernah merasa hancur, sehancur-hancurnya, merelakan sesuatu dengan perasaan sedih yang hebat, melepas sesuatu meski ditengah perjalanan rasanya ingin kembali untuk memeluknya (lagi)
Saya pernah, mengalami bagaimana rasanya air mata ini benar-benar kering, tak bisa lagi menangis padahal saat itu perasaan saya sedang merindukan seseorang dengan hebatnya.
Saya, lelah sebenarnya menanti hujan sendirian
berjuang melawan semua luka ini tanpa pernah mengetahui dimana penawarnya
berjalan tanpa titian atau malah terkadang tersesat, mencari arah jalan pulang
saya lelah sebenarnya, menahan semua mimpi ini untuk tetap disimpan rapat-rapat tanpa terlihat oleh orang lain, saya lelah memasang topeng tegar dihadapan orang-orang
saya muak bersandiwara dan menerima anggapan orang bahwa saya baik-baik saja
Kadang, saya hanya butuh untuk menjadi manusia
bukan sebagai malaikat atau penawar bagi orang lain yang tengah kesusahan
saya hanya butuh menjadi lemah, sebentar saja
barangkali kamu mau menjadi penawarku, sedetik?
Ah, lagi-lagi aku malu, memohon dan mengemis untuk bisa sembuh
tapi yang namanya luka tak pernah bisa diterka kapan datangnya
bahkan mungkin, untuk sekedar difikirkan saja ia selalu bisa datang tanpa diketahui waktu pastinya
Beberapa orang bilang, mereka bersedia menampung semua yang saya rasakan, membagi semua luka dan resah yang ikut mengiris tegar saya perlahan.
Tapi rasanya sulit, kamu pun pasti mempunyai beban yang berat'kan? malah mungkin bisa saja semuanya ingin kamu ceritakan, tapi apadaya, semua ini rasanya malah tercekat sampai kerongkongan ,tak berani bersuara, memilih untuk menjadi penyembuh dibanding seseorang yang minta untuk disembuhkan
Dengar, ini bukan lagi tentang siapa yang harus disembuhkan atau ada saat ia tengah terluka, ini adalah tentangmu.Tentang kamu, yang sampai saat ini masih kuat menampung semuanya sendirian, melindungi orang-orang terdekat dengan punggungmu, padahal kamupun sama berdarahnya dengan mereka. Dunia memang butuh orang seperti kamu, tapi kamu tak akan pernah bisa bahagia dengan dunia seperti ini, benar'kan?
Siapapun dan dimanapun kamu yang berani dan ikhlas menjadi penopang orang lain, aku ingin mengucapkan terimakasih.
Terimakasih telah menjadi penyembuh bagi hati manusia yang rapuh, kadang memang mereka lupa bahwa kamu juga manusia, membutuhkan sandaran bahkan penawar.
Terimakasih lagi, untuk tetap bertahan, tidak menyerah pada keadaan
tetap menjadi pendengar yang baik untuk mereka ya? tetap menjadi penyembuh dan penopang bagi mereka yang tengah kesusahan.
Ceritamu,lukamu,sendumu biar saja langit yang mengenangnya
langit yang menangisinya, rinai hujan yang menyejukkanmu, angin sepoi yang memelukmu
lihatlah, aku disini.
Meskipun aku tak bisa disana untuk memelukmu, aku disini dalam rangkaian kata, dalam bait-bait penuh cinta, dalam malam yang gelap gulita, aku ada.
bacalah ini saat hatimu lelah, tak semua hal harus kau tampakkan pada dunia, tak semua tangis harus kau suarakan sesaknya, tak semua rasa bisa kau ungkapkan dengan mudahnya.
Untuk kamu, yang tengah lelah menjalani hidup, tengah gundah karena mengaguminya tanpa suara,
untuk kamu yang tengah terpapah dalam menantinya, tengah resah dalam melepasnya atau tengah sulit untuk membuka hati. Lihatlah, bacalah, aku disini, untukmu.
Sumedang, 14 Desember 2020
Komentar
Posting Komentar